Translate

Translate

Kamis, 24 Oktober 2013

Makhluk Mitos Yeti Mungkin Keturunan dari Beruang Kutub Purba

Seorang ilmuwan asal Inggris pada Kamis mengatakan dia mungkin sudah memecahkan misteri tentang Yeti, setelah menemukan bahwa DNA dari dua hewan yang dikabarkan merupakan hewan mitos tersebut cocok dengan beruang kutub purba.

“Kami sudah menemukan kesamaan genetis yang sangat identik antara dua sampel dari makhluk yang berada di Himalaya itu dengan beruang kutub purba,” ujar Bryan Sykes, profesor emeritus di Oxford University.

Selama berabad-abad ada legenda mengenai makhluk berbulu, mirip kera, yang juga dikenal sebagai “migoi” di Himalaya, “bigfoot” di Amerika Utara, dan “almasty” di wilayah pegunungan Kaukasus.

Mitos itu semakin dipercaya ketika seorang penjelajah Eric Shipton kembali dari ekspedisi Everest-nya pada 1951 dengan foto jejak kaki raksasa di salju.

Sejak saat itu, keterangan saksi mata mendorong spekulasi bahwa makhluk tersebut mungkin memiliki hubungan dengan manusia, namun Sykes meyakini mereka kemungkinan adalah beruang hasil perkawinan silang.

Dia meminta bantuan global pada tahun lalu untuk sampel dari penampakan Yeti dan menerima sekitar 70 laporan, 27 di antaranya memberikan hasil DNA yang baik. Sampel-sampel tersebut kemudian dibandingkan dengan genom hewan lain yang tersimpan di database.

Dua sampel bulu memberikan hasil terbaik – satu sampel berasal dari makhluk tersebut yang ditembak wilayah Ladakh, Kashmiri pada 40 tahun lalu dan satunya lagi ditemukan di Bhutan pada satu dekade lalu.

“Di Himalaya, saya menemukan sejenis beruang biasa dan makhluk lainnya di antara koleksi tersebut,” kata Sykes kepada radio BBC, menjelang siaran sebuah program TV mengenai penemuannya.

“Namun hal paling menarik adalah penemuan yang ciri khas genetiknya tidak berkerabat dengan beruang coklat atau beruang modern lainnya, (namun) berkerabat dengan beruang kutub purba.
  
DNA dari sampel makhluk Himalaya itu 100 persen cocok dengan sampel tulang rahang beruang kutub yang ditemukan di Svalbard, Norwegia, yang diperkirakan hidup antara 40 ribu-120 ribu tahun lalu.

Beruang coklat dan kutub berkerabat dekat sebagai spesies dan dikenal melakukan kawin silang saat wilayah mereka bersinggungan, menurut Sykes.

“Ini merupakan hasil menarik dan sangat tidak terduga yang mengejutkan kita semua,” katanya dalam sebuah pernyataan, dengan menambahkan: “Ada banyak tugas yang perlu diselesaikan untuk menginterpretasikan hasil tersebut.”

“Saya tidak berpikir itu berarti ada beruang kutub purba berkeliaran di Himalaya. Namun... itu bisa berarti ada sebuah subspesies beruang coklat di High Himalaya yang merupakan turunan dari beruang yang merupakan leluhur beruang kutub. Atau bisa berarti ada perkawinan silang terbaru antara beruang coklat dan keturunan beruang kutub purba.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar