Translate

Translate

Rabu, 09 Oktober 2013

Rupiah Melemah, Kunjungan Turis Naik 21 Persen  

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pariwisata menyatakan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar membawa efek lain terhadap sektor pariwisata. "Di saat rupiah anjlok, semakin banyak turis yang berkunjung," kata Wakil Menteri Pariwisata Sapta Nirwandar, Selasa, 8 Oktober 2013.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, kunjungan turis ke Indonesia melonjak sebanyak 21 persen pada Agustus 2013 dibandingkan tahun sebelumnya.
Sapta menuturkan pengeluaran turis selama di Indonesia, misalnya untuk hotel, restoran, dan belanja suvenir, bisa berpengaruh terhadap pendapatan negara. Dari sektor wisata, rata-rata per satu kunjungan turis menghasilkan pendapatan US$ 1.200. Sedangkan saat ini, ketika kondisi rupiah melemah, jumlah kunjungan turis meningkat karena harga-harga di Indonesia menjadi lebih murah bagi mereka. Dengan demikian, per satu kunjungan turis, uang yang dibelanjakan melebihi US$ 1.200.
Sapta memperkirakan, jika rata-rata pendapatan lebih dari US$ 1.200 per kunjungan, pendapatan negara dari sektor pariwisata bisa meningkat sampai US$ 10 miliar. Sebelumnya, pada 2012, rata-rata pendapatan per kunjungan hanya US$ 1.193 dan menghasilkan total pendapatan US$ 9 miliar.
Selain itu, terselenggaranya Konferensi Tingkat Tinggi APEC di Bali juga membawa pengaruh besar terhadap sektor pariwisata. "Kan ada sekitar 5.000-10.000 orang yang datang untuk APEC. Mereka pasti menginap di hotel yang mahal dan spending-nya lebih banyak," ujarnya. Pendapatan rata-rata dari pengunjung APEC bisa mencapai sekitar US$ 2.000-3.000 per kunjungan. Hal ini, kata Sapta, jelas mempengaruhi pariwisata di Indonesia.
Destinasi wisata yang menjadi favorit para turis yakni Bali, Yogyakarta, Batam, Lombok, Manado, Palembang, dan Makassar. Sapta menegaskan, peningkatan kunjungan turis sampai 21 persen ini merupakan dampak lain dari menurunnya nilai tukar rupiah terhadap dolar bagi sektor pariwisata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar